KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
BY
FATHULYANI
NURJIHATUL
RIZKIAH
PUTU
YOGA MAHA PUTRA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosio- budaya yang memperoleh
perilakunya lewat belajar. Apa yang kita
pelajari pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan –kekuatan social dan budaya.
Dari semua aspek belajar manusia, komunikasi merupakan aspek yang terpenting
dan paling mendasar. Kita dapat belajar banyak hal lewat respon-respon
komunikasi terhadap rangsangan dari lingkungan. Kita harus menyandi dan
menyandi balik pesan-pesan dengan cara itu sehingga pesan-pesan tersebut akan
dikenali, diterima, dan direspon oleh individu-individu yang berinteraksi
dengan kita. Bila dilakukan, kegiatan-kegiatan komunikasi berfungsi sebagai
alat untuk menafsirkan lingkungan fisik dan social kita. Komunikasi merupakan
alat utama kita untuk memanfaatkan berbagai sumber daya lingkungan dalam
pelayanan kemanusiaan. Lewat komunikasi kita menyesuaikan diri dan berhubungan
dengan lingkungan kita, serta mendapatkan keanggotaan dan rasa memiliki dalam
berbagai kelompok social yang mempengaruhi kita.
Pembangunan yang cepat dan luas
dalam bidang transportasi dan komunikasi menyebabkan dunia “susut” ,kita
memasuki era dunia. Mobilitas kita telah meningkat sehingga jarak tidak lagi
merupakan masalah. Para pedagang internasional, mahasiswa-mahasiswa asing,
diplomat-diplomat, dan terutama turis-turis masuk dan keluar dari aneka ragam
budaya yang sering tampak asing dan kadang-kadang misterius. Kini kita
mempunyai banyak kesempatan untuk melakuakan hubungan-hubungan antar budaya
dalam hidup kita sehari-hari.
Tak bisa dipungkiri bahwa dunia yang
kita tempati telah berkembang menjadi demikian maju dan menjelma menjadi apa
yang kemudian dikenal sebagai “global Village” (desa dunia). Salah satu
implikasinya adalah makin meningkatnya kontak-kontak komunikasi dan hubungan
antar berbagai bangsa dan negara.
Berbagai masalah bisa saja timbul
ketika terjadi kontak antarbudaya,karena masing-masing pihak tidak mau memahami
pihak lainnya. Menyadari kemungkinan timbulnya masalah karena perbedaan
antarbudaya, yang bisa jadi bahkan mengerucut pada konflik, kekerasan, permusuhan,
perpecahan, deskrimnasi, dsb.,maka dirasa makin perlu mempelajari
masalah-masalah komunikasi antarbudaya. Berdasarkan latar belakang diatas maka
kami mengambil tema tentang komunikasi antarbudaya supaya komunikasi
antarbudaya yang kita lakukan berjalan dengan efektif.
BAB II
ISI
A. KOMUNIKASI
1.
Pengertian
Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara
etimologis berasal dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini
bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki
makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki
tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis
merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain. Jadi dalam pengertian
ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada
pengertian Ruben dan Steward (1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu: ”Human
communication is the process through which individuals –in relationships,
group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to
the environment and one another.” (Bahwa komunikasi manusia adalah proses
yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi
dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan
lingkungan satu sama lain).
2.
Jenis dan
Proses Komunikasi
Contoh model komunikasi yang sederhana
digambarkan dibawah ini :
Pengirim—>Berita—>Penerima Jika
salah satu elemen komunikasi tidak ada maka komunikasi
tidak akan berjalan.
Ada
komponen-komponen dalam komunikasi antara lain :
a. Pengirim(Sender=Sumber) adalah seseorang yang mempunyai kebutuhan
atau informasi serta mempunyai kepentingan mengkomunikasikan kepada orang lain.
b. Pengkodean (Encoding) adalah pengirim mengkodean informasi yang
akan disampaikan ke dalam symbol atau isyarat.
c. Pesan (Massage), pesan dapat dalam segala bentuk biasanya
dapat dirasakan atau dimengerti satu atau lebih dari indra penerima.
d. Saluran
(Chanel) adalah
cara mentrasmisikan pesan, misal kertas untuk surat, udara untuk kata-kata yang
diucapkan.
e. Penerima (Receiver) adalah orang yang menafsirkan pesan
penerima, jika pesan tidak disampaikan kepada penerima maka komunikasi tidak
akan terjadi.
f.
Penafsiran
kode (Decoding) adalah
proses dimana penerima menafsirkan pesan dan menterjemahkan menjadi informasi
yang berarti baginya. Jika semakin tepat penafsiran penerima terhadap pesan
yang dimaksudkan oleh penerima, Maka semakin efektif komunikasi yang terjadi.
g.
Umpan balik (Feedback) adalah pembalikan dari proses komunikasi
dimana reaksi kominikasi pengirim dinyatakan. (Abidin, 2013).
3.
Proses
Komunikasi
Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy
(1994:11-19) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
a.
Proses komunikasi secara primer
Proses
komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai
media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal
(bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan
lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan
atau perasaan komunikator kepada komunikan.
Prosesnya
sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang
akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan
pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan
dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode)
pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung
pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang
penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat
menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan
makna).
b.
Proses
komunikasi sekunder
Proses
komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan
media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran
berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon,
teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua
yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu
menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar,
televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).
B. BUDAYA
1. Pengertian
Budaya
Menurut Kamus Bahasa
Indonesia, pengertian budaya terdapat dua arti yaitu secara Etimologis dan
Terminologis. Arti budaya secara Etimologis, kata budaya berasal dari bahasa
sansekerta Buddhayah yang diartikan sebagai hal-hal
yang dikaitkan dengan budi dan akal manusia, sinonimnya adalah kultur yang
berasal dari Bahasa Inggris Culture atau Cultuur dari Bahasa Belanda. Kata Culture sendiri berasal dari Bahasa LatinColere (dengan akar kata “Calo” yang berarti mengolah atau
mengerjakan, atau dapat diartikan juga sebagai mengelola tanah atau bertani).
Arti kata Budaya secara Terminologis “Budaya adalah suatu hasil dari budi dan
atau daya, cipta, karsa, pikiran dan adat istiadat manusia yang secara sadar
maupun tidak, dapat diterima sebagai sesuatu yang beradab”.
C. KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata
tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan, sebab budaya mempengaruhi
komunikasi dan pada gilirannya komunikasi turut menentukan, menciptakan dan
memelihara realitas budaya dari sebuah komunikasi kelompok budaya. Dengan kata
lain ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan dan saling mempengaruhi
satu sama lainnya. Budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa,
tentang apa dan bagaimana komunikasi berlangsung, tetapi budaya juga turut
menentukan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan dan
kondisi-kondisinya, untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.
Konsekuensinya adalah budaya merupakan landasan komunikasi sehingga semakin
banyak perbedaan budaya di dalam suatu daerah, maka semakin banyak pula
praktik-praktik komunikasi.
Purwosito(2003) menjelaskan bahwa komunikasi antar
budaya sebagai pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan,tulisan,
bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya dan
merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang
disampaikan secara lisan atau tulisan ataupun metode lainnya yang dilakukan
oleh dua orang yang berbeda latar belakang budaya. Dengan memahami kedua konsep utama itu, maka
studi komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada
efek kebudayaan terhadap komunikasi. Adapun beberapa definisi komunikasi
antarbudaya, sebagai berikut:
1.
Andrea L. Rich
dan Dennis M. Ogawa dalam buku Larry A. Samovar dan Richard E. Porter Intercultural
Communication, A Reader – komunikasi antarbudaya adalah komunikasi
antara orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antarsuku bangsa,
antaretnik dan ras, antarkelas sosial.
2.
Samovar dan
Porter juga mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi di antara produser
pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda.
3.
Charley H. Dood
mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan
peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi dan kelompok dengan
tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku
komunikasi para peserta.
4.
Guo-Ming Chen dan
William J. Starosta mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses
negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan
membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok (Kuntowijoyo,
2006).
D.
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Sebagaimana
sebuah aktivitas komunikasi yang efektif apabila terdapat persamaan makna pesan
antara komunikator dan komunikan, demikian halnya dengan komunikasi
antarbudaya. Tetapi hal ini menjadi lebih sulit mengingat adanya unsur
perbedaan kebudayaan antara pelaku-pelaku komunikasinya. Itulah sebabnya, usaha
untuk menjalin komunikasi antarbudaya dalam praktiknya bukanlah merupakan suatu
persoalan yang sederhana.
Pada
umumnya, proses efektivitas komunikasi antarbudaya didahului oleh hubungan
antar budaya. Hubungan antar budaya bukan terjadi sekilas tetapi terus menerus
sehingga kualitasnya berubah dan mengalami kemajuan kearah kualitas hubungan
yang baik dan semakin baik. Demikian pula, dapat dikatakan bahwa interaksi
antarbudaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya. Konsep
ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya akan tercapai
(komunikasi yang sukses) bila bentuk-bentuk hubungan antarbudaya menggambarkan
upaya yang sadar dari peserta komunikasi untuk memperbarui relasi antara
komunikator dengan komunikan, menciptakan dan memperbaharui sebuah manejemen
komunikasi yang efektif, lahirnya semangat kesetiakawanan, persahabatan, hingga
kepada berhasilnya pembagian teknologi, mengurangi konflik yang seluruhnya
merupakan bentuk dari komunikasi antarbudaya.
Banyak
masalah komunikasi antarbudaya seringkali timbul hanya karena orang kurang
menyadari dan tidak mampu mengusahakan cara efektif dalam berkomunikasi
antarbudaya. Selain itu, penggunaan sistem sandi yang sama, pengakuan atas
perbedaan dalam kepercayaan dan perilaku, dan pemupukan sikap toleran terhadap
kepercayaan dan perilaku orang lain, semuanya itu membantu terciptanya
komunikasi yang efektif (Tubbs, 2005).
E.
HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Hambatan-hambatan tersebut adalah
(Chaney & Martin, 2004, p. 11 – 12):
1.
Fisik (Physical)
Hambatan Fisik adalah waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan
juga media fisik.
2.
Budaya (Cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga
perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya.
3.
Persepsi (Perceptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki
persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan
sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
4.
Motivasi (Motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari
pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima
pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya
motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.
5.
Pengalaman (Experiantial)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap
individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu
mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.
6.
Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari
pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang
terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.
7.
Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim
pesan (sender)dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda
atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
8.
Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
9.
Kompetisi (Competition)
Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang
melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon
selular sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua) kegiatan sekaligus maka
penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon
selularnya secara maksimal.
F. FUNGSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Fungsi komunikasi antar
budaya sendiri dibagi menjadi dua, yaitu fungsi pribadi dan fungsi sosial.
Untuk lebih jelas berikut penjelasannya.
1. Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi
yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
a.
Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat
beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas
sosial.
Perilaku
itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan
nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun
sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan
seseorang.
b.
Menyatakan Integrasi Sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah
menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi,
antarkelompok
namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Dalam
kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator
dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan
prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya
memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan
sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan
dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.
c.
Menambah Pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun
antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan
masing-masing.
d.
Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang
lain untuk melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang
kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang
berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
2. Fungsi Sosial
a.
Pengawasan
Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk
menginformasikan
"perkembangan" tentang lingkungan.
Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa
yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar
kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang
berbeda.
b.
Menjembatani
Fungsi komunikasi yang
dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan
atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol
melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan
perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi
ini dijalankan pula oleh perbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi
massa.
c.
Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan
dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat
lain.
d.
Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi
antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang
terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan
antarbudaya.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Komunikasi
manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan,
kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk
beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain sedangkan Budaya adalah suatu hasil dari budi dan atau daya, cipta, karsa, pikiran
dan adat istiadat manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai
sesuatu yang beradab, jika kedua kata “komunikasi
digabung dengan budaya” menjadi komunikasi antarbudaya, komunikasi antarbudaya
adalah pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan,tulisan,
bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya dan
merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang
disampaikan secara lisan atau tulisan ataupun metode lainnya yang dilakukan
oleh dua orang yang berbeda latar belakang budaya.
Agar
komunikasi menjadi sesuatu yang berarti dan dapat dipahami maka komunikasi
harus berjalan secara efektif tapi walaupun demikian pasti ada
hambatan-hambatan dalam komunikasi antar budaya seperti hambatan fisik, budaya,
persepsi, motivasi, pengalaman, emosi, bahasa, nonverbal dan kompetisi.
Komunikasi antarbuaya memiliki fungsi pribadi dan fungsi social, dimana
masing-masing fungsi memiliki point-point penting tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2013. Pengertian Komunikasi, Arti Penting
Komunikasi, Jenis dan Proses Komunikasi, Komunikasi yang Efektif.
Diakses dari http://zabidin1993.blogspot. com/2013/04/pengertian-komunikasi-arti- penting. html. Tanggal 23 Maret 2014. Pukul 10.11
Arjamudin. 2013. Komunikasi Antarbudaya. Diakses
dari http://arjaenim. blogspot.com/2013/01/komunikasi-antar-budaya.html.
Tanggal 23 Maret 2014. Pukul 10.11
Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi
Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Grasindo.Rosdakarya
Prakosa, A. 2008. Pengertian Komunikasi. Diakses dari http://adiprakosa. blogspot.com/2008/09/pengertian-komunikasi.html.
Tanggal 23 Maret 2014.
Pada Pukul 10.11
Ruben, Brent D,Stewart, Lea P, 2005, Communication and Human Behaviour,USA:Alyn
and Bacon
Tantya Hisnu . 2010. Keragaman Sosial Budaya Masyarakat. [online].
Tersedia :http ://www.crayonpedia.org/mw/KERAGAMAN_SOSIAL_DAN_BUDAYA.html/. [26 Februari 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar