BIOCHEMISTRY
ENZIM
NURJIHATUL RIZKIAH
E1A 012 034
BIOLOGY EDUCATION
FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION
MATARAM UNIVERSITY
2014
|
I.
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM
Ada beberapa factor yang
mempengaruhi kerja enzim yaitu :
1.
Konsentrasi Enzim
Kecepatan seuatu reaksi yang
mnggunakan enzim akan sangat tergantung dari konsentrasi enzim,pada suatu
konsentrasi substrat tertentu kecepatan reaksi bertambah seiring dengan
bertambahnya konsentrasi enzim ((Pedjiadi, 2012 :163).
2.
Konsentrasi Substrat
Untuk terjadinya enzim
substrat diperlukan adanya kontak antara enzim dengan substrat .kontak ini
terjadi pada suatu tempat atau bagian enzim yang disebut bagian aktiv. Pada
konsentrasi substrat rendah bagian aktuf enzim hanya menampung sedikit
substrat, bila konsentrasi substrat diperbesar, makin banyak substrat yang
dapat berhubungan dengan enzim pada bagian aktif tersebut. Agar reaksi berjalan
optimum, maka perbandingan jumlah antara enzim dan substrat harus sesuai. Jika
enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak, reaksi akan berjalan lambat
dan bahkan ada substrat yang terkatalisasi. Semakain banyak enzim, reaksi akan
semakin cepat (Pedjiadi, 2012 :163).
3.
Temperatur
0C = tidak beraktivitas
38o C - 40o
C = aktivitas enzim meningkat
di atas 40oC
= aktivitas enzim menurun
60o C = aktivitas enzim akan terhenti
Enzim memiliki rentang
temperatur tertentu agar dapat bereaksi dengan optimal. Pada temperatur yang
tinggi, enzim akan rusak (terdenaturasi) sebagai sifat umum dari protein. Pada
kondisi ini, struktur enzim sudah berubah dan rusak sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Adapun pada temperatur yang rendah, enzim berada pada kondisi
inaktif (tidak aktif). Enzim akan bekerja kembali dengan adanya kenaikan
temperatur yang sesuai. Semua enzim
memiliki kondisi temperatur
yang spesifik untuk bekerja optimal. Enzim memiliki kecenderungan semakin
meningkat seiring dengan kenaikan temperatur hingga pada batas tertentu.
Setelah itu, enzim kembali mengalami penurunan kinerja. Pada saat kerja enzim
optimal maka dapat dikatakan bahwa pada temperatur tersebut temperatur optimum.
Karena enzim tersusun dari
protein maka enzim sangat peka terhadap temperature. Temperature yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan denaturasi protein. Temperature terlalu rendah dapat
menghambat reaksi. Pada umumnya, temperature optimum enzim adalah 30 – 40 0C. Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai sekitar 00C,
namun enzim tidak rusak. Jika suhu normal kembali, maka enzim akan aktif
kembali. Enzim tahan pada suhu rendah, namun dapat rusak di atas suhu 500C.
4.
Perubahan PH
Enzim sangat peka terhadap
perubahan derajat keasaman dan kebasaan (pH) lingkungannya. Enzim dapat
nonaktif bila berada dalam asam kuat atau basa kuat. Perubahan pH dapat
mempengaruhi perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada
sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan subtratnya.
pH optimum yang diperlukan berbeda – beda, tergantung pada jenis enzimnya.
5.
Inhibitor Enzim
Seringkali kerja enzim
dihambat oleh suatu zat yang disebut Inhibitor. Jika inhibitor ditambahkan ke
dalam campuran enzim dan substrat, kecepatan reaksi akan turun. Cara kerja
inhibitor ini adalah berikatan dengan enzim dan membentuk kompleks enzim –
inhibitor yang masih mampu atau tidak mampu berikatan dengan substrat. Jenis – jenis penghabat tersebut adalah :
Hambataan Reversible
Merupakan hambatan terhadap
aktivitas enzim dalam suatu reksi kimia, hambtan ini memeiliki arti penting
karena hambatan tesebut merupakan mekanisme pangaturan reaksi- reaksi yang
terjadi dalam suatu reaksi tubuh.
Hambatan bersaing
Hamabtan yang tidak
dipengaruhi oleh besarnya suatu konsentrasi substrat dan inhibitor yamg
melakukannya.
Hambatan tak bersaing
Hamabtan yang tidak
dipengaruhi oleh besarnya suatu konsentrasi substrat dan inhibitor yamg
melakukannya.
Hambatan Tak Reversible
Hambatan ini terjadi karena
adanya proses dekstruksi atau modifikasi sebuah gugus fungsi atau lebih yang
terdapat pada molekul enzim
Hambatan Alosterik
Pada penghambatan alosterik,
molekul zat penghambat tidak berikatan pada sisi aktif enzim, melainkan
berikatan pada sisi alosterik. Akibat penghambatan ini sisi aktif enzim menjadi
tidak aktif karena telah mengalami perubahan bentuk (Pedjiadi, 2012 :169).
II.
PENGETIAN- PENGERTIAN
1.
Holoenzim
Holoenzim
merupakan enzim yang utuh, tersusun atas bagian protein yang aktif yang
disebut apoenzim dan koenzim, yang bersatu/ dua enzim yang dipisahkan menyebabkan enzim tersebut tidak aktif namun
dapat disatukan.
2.
Koenzim
Merupakan kofaktor yang
terdiri atas molekul organik nonprotein yang terikat renggang dengan enzim.
Ko-enzim berfungsi untuk memindahkan gugus kimia, atom, atau elektron dari satu
enzim ke enzim yang lain. Contohnya, tiamin pirofosfat, NAD, NADP+, dan asam
tetrahidrofolat.
Jenis Jenis Koenzim
Ko – Enzim
|
Vitamin
|
Fungsi
|
1. Nikotinamida adenin Dinukleotida asam (NAD)
|
NIASIN
|
Nikotinat Redoks
|
2. Nikotinamida adenin Dinukleotida asam phospat (NADP)
|
NIASIN
|
Nikotinat
Redoks
|
3. Flavin adenin Dinukleotida asam
|
Ribofalvin
|
Redoks
|
4. Flavin Mononukleotida (FMN)
|
Riboflavin
|
Redoks
|
5. Tiamin Pirofosfat (TPP)
|
Tiamin
|
Oksidatif Dekarboksilasi
|
6. Piridoksal Fosfat
|
Pirodoksin
(vit. B6)
|
Transaminasi
Dan Rasemase
|
7. Koenzim A
|
Asam Pantotenat
|
Transfer Gugus Asli
|
8. Biotin
|
Biotin
|
Transfer
CO2
|
9. Koenzim B12
|
Kobalamin (vit B12)
|
Transfer gugus fungsional
|
3.
Kofaktor
Kofaktor
merupakan setiap molekul non protein atauion non proten yang dibutuhkan agar
suatu enzim bisa berfungsi dengan benar (Campbell,2008). Kofaktor dapat
membantu enzim untuk memperkuat ikatan dengansubstrat atau kebutuhan unsur
anorganik, seperti karbon. Selain itu, kofaktor juga membantu proses transfer
elektron. Kofaktor berupa gugus anorganik yang biasanya berupa ion-ion logam,
seperti Cu2+, Mg2+, dan Fe2+. Kofaktor, yaitu komponen non protein yang berupa :
a. Ion-ion anorganik (aktivator)
Merupakan
kofaktor yang terikat dengan enzim atau substrat kompleks sehingga fungsi enzim
lebih efektif. Berupa logam yang
berikatan lemah dengan enzim, Fe, Ca, Mn, Zn, K, Co. Ion klorida, ion kalsium
merupakan contoh ion anorganik yang membantu enzim amilase mencerna karbohidrat
(amilum).
b. Gugus prostetik
4. Apoenzim
Apoenzim
adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas, dan berfungsi
menentukan kekhususan dari enzim.
5. Kelompok
prostetik
Merupakan tipe kofaktor yang
biasanya terikat kuat pada enzim, berperan memberi kekuatan tambahan terhadap
kerja enzim. Contohnya adalah heme,
yaitu molekul berbentuk cincin pipih yang mengandungbesi. Heme merupakan gugus
prostetik sejumlah enzim,
antara lain
katalase, peroksidase, dan sitokrom oksidase.Contoh lainnya adalah Flavin Adenin
Dinukleotida (FAD) adalah gugus prostetik dari enzim suksinat dehidrogenase.
III.
AKTIVITAS REGULASI ENZIM
Regulasi adalah aturan sistem yang ada di
dalam tubuh makhluk hidup untuk dapat hidup seimbang, mempertahankan keadaan
teratur, konservasi energi, dan sebagai respon terhadap perubahan lingkungan. Seperti halnya katalisator, enzim dapat mempercepat
reaksi kimia dengan menurunkan energi aktivasi. Enzim tersebut akan bergabung
sementara dengan reaktan sehingga mencapai keadaan transisi dengan energi
aktivasi yang lebih rendah daripada energi aktivasi yang diperlukan untuk
mencapai keadaan transisi tanpa bantuan katalisator atau enzim.
Regulasi
enzim terdapat dalam 2 bentuk, yaitu regulasi non-kovalen (noncovalent bonding)
dan regulasi modifikasi kovalen (covalent modification). Regulasi enzim pada
metabolisme tersebut sangat kompleks. oleh karena itu, regulasi enzim dapat
dicapai dengan mengubah konsentrasi dan aktifitas enzimatik melalui :
1. Kontrol
genetika
Pada proses kontrol genetika, terdapat beberapa
proses, yaitu Represi dan induksi enzim. Represi enzim merupakan salah satu
bentuk dari kontrol negatif pada transkripsi bakteri. Proses tersebut, begitu
pun dengan induksi enzim, disebut sebagai kontrol negatif karena protein
regulatornya akan menyebabkan inhibisi atau penghambatan dari sintesis mRNA
sehingga akan menyebabkan penurunan proses sintesis enzim-enzim. Sekalipun inhibisi
balik akan menghentikan sintesis dari produk akhir dari suatupathway,
proses ini masih memungkin terbuangnya energi dan karbon karena pembentukkan
enzim yang tidak diperlukan (karena sudah diinhibisi) masih dilanjutkan. Proses
represi enzim bertujuan untuk mencegah sintesis enzim yang turut terlibat dalam
pembentukan suatu produk akhir.
2. Modifikasi
Kovalen
Meskipun sebagian besar enzim diregulasi secara
non-kovalen, tetapi terdapat beberapa enzim atau protein yang diregulasi secara
modifikasi kovalen. Modifikasi kovalen pada enzim atau protein biasanya
dilakukan oleh gugus asetil, fosfat, metil, adenil, dan uridil. Modifikasi
kovalen biasanya merupakan perlekatan dapat pulih (tidak permanen).
3. Enzim
Allosterik
Enzim allosterik merupakan enzim regulator yang
memiliki dua sisi katalik. Salah satu sisi ikatannya untuk substrat dan yang
satunya sisi regulator yang berfungsi untuk memodulasi aktivitas enzim. Sisi
allosterik memiliki ikatan nonkovalen pada dan interaksinya bersifat reversible.
Sisi allosterik ini akan mengikat senyawa pengatur yang disebut efektor atau
modulator. Enzim allosterik ini dapat dipacu atau dihambat oleh modulatornya.
Sebagai contoh mekanisme penghambatan balik pada pengubahan L-teronin menjadi
L-isoleusin yang menggunakan lima macam enzim. Enzim yang pertama adalah
dehidratase treonin (E1) akan dihambat oleh L-isoleusin yang merupakan produk
akhir dari reaksi multienzim tersebut (Lehninger, 2004).
Berdasarkan modulasinya, enzim allosterik dibedakan menjadi dua kelompok
yakni enzim allosterik homotropik dan enzim allosterik heterotropik. Pada enzim
allosterik homotropik substrat berperan sebagai modulator. Hal ini dikarenakan
subtrat identik dengan modulator. Sementara pada enzim allosterik heterotropik,
modulasinya tidak dipengaruhi oleh substratnya sendiri.
4. Kompartementasi
Kompartementasi enzim akan meningkatkan efisiensi
banyak proses yang berlangsung didalam sel, karena:
1) Reaktan tersedia pada tempat dimana enzim
tersedia
2) Senyawa yang akan dikonversi dikirim
kearah enzim yang akan berperan untuk menghasilkan produk sesuai yang
dikehendakidan tidak disimpangkan pada lintasan yang lain.Hasil suatu tahap
reaksi akan dibebaskan pada tempat dimana hasil ini dapat segera dikonservasi
oleh enzim berikutnya. Proses ini berlangsung terus – menerus sampai dihasilkan
produk akhirnya.
REFRENSI
Anonim.
2012. Macam- Macam Enzim . diakses dari
Anonim. 2013. Faktor
Yang Mempengaruhi Kerja Enzim.
Diakses dari
http://www.biologi
sel.com/2013/08/faktor-yang-mempengaruhi-enzim.html
Campbel. 2008. Biologi
Jilid I. Jakarta : Erlangga
Poedjiadi, A. 2012. Dasar- Dasar Biokimia. Jakarta : Ui Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar